Motif, Tujuan dan Manfaat dari MBS

Motif, Tujuan, dan Manfaat MBS
1. Motif Penerapan MBS
    Dalam Syaifudin, M. dkk. (2006) telah disajikan motif dari penerapan MBS di berbagai Negara yang mencakup: a) motif ekonomi, b) motif professional, c) motif politik, d) motif efisiensi administrasi, e) motif financial, f) motif akuntabilitas, g) motif efektifitas sekolah, dan h) motif prestasi siwa. Jika dicandra dari sisi kebijakan public dalam sebuah Negara maka ke delapan motif tersebut dapat diurutkan menjadi sebagai berikut:
a. Motif politik:  MBS digunakan untuk mendorong adanya partisipasi demokratis dan kestabilan politik, di   mana pemerintah pusat melakukan desentralisasi pengambilan keputusan di bidang pendidikan kepada daerah, termasuk jajaran pengelola pendidikan di sekolah-sekolah.

b. Motif ekonomi: manajemen lokal secara ekonomi dirasakan lebih efektif karena orang yang membuat keputusan adalah menggunakan sumber daya dan bagaimana siswa seharusnya belajar. Mereka adalah orang yang mempunyai keuntungan dan kerugian serta mempunyai informasi terbaik tentang apa yang sesungguhnya terjadi di sekolah.

c. Motif finansial: MBS digunakan sebagai alat untuk meningkatkan sumber pendanaan sekolah secara lokal.  Diharapkan orang tua akan termotivasi untuk meningkatkan komitmen mereka kepada sekolah karena mereka telah dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pelaporan di tingkat sekolah.

d. Motif efisiensi administrasi: penerapan MBS dijadikan sebagai alat efisiensi administrasi, dengan menempatkan sekolah pada posisi terbaik untuk mengalokasikan sumber daya yang efektif dalam menemukan kebutuhan siswa.

e. Motif efektifitas sekolah: MB mendorong ke arah peningkatan efektifitas sekolah yang mencakup kepemimpinan yang kuat, guru-guru yang terampil dan berkomitmen, berfokus pada peningkatan mutu pembelajaran, dan adanya rasa tanggung jawab terhadap hasil. MBS dimaksudkan untuk membentuk sekolah efektif sehingga meningkatkan kualitas pendidikan.

f. Motif professional: para professional sekolah mempunyai pengalaman dan keahlian untuk a) membuat keputusan pendidikan yang paling tepat untuk sekolah dan siswanya; b) memberikan sumbangan pengetahuan yang dimiliki berkenaan dengan kurikulum, pedagogik, pembelajaran dan proses manajemen sekolah; serta c) terlibat dalam manajemen sekolah dan mampu member motivasi dan komitmen yang lebih pada pembelajaran di sekolah.

g. Motif akuntabilitas: desentralisasi pengambilan keputusan digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan suara dari mereka yang kurang terdengar (atau setidaknya tidak cukup mendengarkan) dan menciptakan struktur administrasi sekolah yang lebih efisien dan hemat biaya.

h. Motif prestasi siswa: dalam MBS terkandung usaha untuk meningkatkan prestasi belajar dan salah satu caranya adalah mengubah proses pembelajran.
    Sebagai catatan tambahan, dapat dikutip pendapat Cotton (2003) tentang berbagai pertimbangan mengapa MBS dilaksanakan di Amerika Serikat yang mencakup:
Sekolah adalah unit utama bagi perubahan dalam dunia pendidikan, oleh karena itu pola manajemen yang dikembangkan juga harus berbasis sekolah.
Mereka yang sehari-hari terlibat langsung dengan para siswa mempunyai informasi dan pendapat yang paling terpercaya tentang pengelolaan pendidikan yang paling menguntungkan siswa.
Perbaikan-perbaikan yang bermakana dan tahan lama memerlukan waktu yang cukup, dan sekolah berada dalam posisi yang terbaik untuk mempertahankan usaha-usaha perbaikan sepanjang waktu.
Kepala sekolah adalah orang kunci dalam perbaikan sekolah.
Perubahan yang bermakna hanya dapat dilaksanakan melalui partisipasi staf dan masyarakat dakam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatan.
MBS mendukung profesionalisasi guru, yang pada gilirannya dapat mendorong peningkatan mutu lulusan sekolah.
Struktur MBS menjaga agar apapun yang terjadi di sekolah tetap terpusat pada alas an keberadaannya yaitu peningkatan pencapaian belajar siswa.
Penerapan MBS di Indonesia dilandasi oleh 4 alasan. Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatna sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui kebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Keempat, akuntabilitas sekolah tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat, mendorong sekolah untuk berupaya semaksimal mungkin melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang direncanakan dengan melakukan upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua, masyarakat, dan pemerintah.

2. Tujuan MBS
     Syaifudin, M. dkk (2006) mengungkapkan bahwa tujuan diterapkannya MBS bermuara pada lebih leluasa dan berdayanya sekolah (otonomi atau mandiri) dalam mengelola sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien, serta mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan yang tepat secara partisipatif, transparan, dan akuntabel dalam mecapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan MBS, sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sesuai kondisi sekolah masing-masing.
Agar tujuan dan manfaat MBS dapat diraih, baik kiranya dikemukakan kembali pandangan Cotton (1992) bahwa MBS adalah bentuk pengoraganisasian pendidikan pada tingkat kota/kabupaten. Dalam MBS terjadi perubahan cara mengelola pendidikan, atau peralih kewenangan kea rah desentralisasi, yang menempatkan sekolah sebagai unit utama dalam perubahan pendidikan dan mengarah pada peningkatan kekuasaan sekolah dalam pembuatan keputusan.

3.  Manfaat Penerapan MBS
     Syaifudin, M. dkk. (2006) mengungkapkan bahwa penerapan MBS memiliki manfaat, terutama dalam hal: (1) memperkenankan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan dapat meningkatkan pembelajaran; (2) memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah (guru, staf sekolah, orangtua, dan masyarakat) dalam keterlibatan mengambil keputusan kunci  (prioritas); (3) memfokuskan akuntabilitas pada keputusan; (4) mengarahkan pada kreativitas dan fleksibilitas yang lebih besar dalam mendesain program sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa; (5) mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan sekolah; (6) mengarahkan pada penganggaran yang realistik yang mendorong orang tua dan guru semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan dan biaya dari setiap program; (7) meningkatkan moral para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat; serta (8) meningkatkan kuantitas, kualitas, dan fleksibilitas komunikasi di antara komunitas sekolah.
Myers dan Stonehill (1993) mengemukakan bahwa manfaat MBS adalah sebagai berikut: (1) memperkenankan orang yang berkompeten di sekolah untuk mengambil keputusan yang akan dapat meningkatkan pembelajaran; (2) memberikan kesempatan kepada komunitas sekolah dalam keterlibatan mengambil keputusan kunci (prioritas); (3) memfokuskan akuntabilitas pada keputusan; (4) mengarah pada kreativitas yang lebih besar dalam mendesain program; (5) mengatur ulang sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan di sekolah; (6) mengarahkan pada penganggaran yang realistik, yang mendorong orang tua dan guru semakin menyadari akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya dari setiap program; serta (7) meningkatkan moral para guru dan memelihara kepemimpinan baru pada setiap tingkat.
Selanjutnya, Kubick & Kathelen (1988:2) mengungkapkan bahwa kelompok kerja The American Association of School Administrators, the National Association of Elementary School Principals. And the National Association of Secondary School Principals (1988), mengidentifikasi sembilan manfaat dari MBS. Pertama, secara formal MBS dapat mengenali keahlian dan kompetensi orang yang bekerja di sekolah dalam rangka membuat keputusan untuk meningkatkan pembelajaran. Kedua, melibatkan guru, staf sekolah, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Ketiga, meningkatkan moral para guru. Keempat, memfokuskan pada akuntabilitas pengambilan keputusa. Kelima, membawa keuangan dan sumber daya pembelajaran dalam mengembangkan tujuan pembelajaran di setiap sekolah. Keenam, memelihara dan merangsang pemimpin baru di semua tingkatan. Ketujuh, meningkatkan kuantitas dan kualitas komunikasi. Kedelapan, masing-masing sekolah lebih fleksibel dalam mendesain program menuju kreativitas yang lebih besar dan dalam memenuhi kebutuhan para siswanya. Kesembilan, penganggaran menjadi nyata dan lebih realistik. Sementara itu, situs program Managing Basic Education (MBE) mengungkapkan bahwa manfaat MBS bagi sekolah adalah menciptakan rasa tanggung jawab melalui administrasi sekolah yang lebih terbuka sehingga dapat meningkatkan kepercayaan, motivasi, serta dukungan orangtua dan masyarakat terhadap sekolah.


0 Response to "Motif, Tujuan dan Manfaat dari MBS"

Post a Comment

pblogeducation. Powered by Blogger.