Pentas Mengajar disertai implementasinya

Sesuai janji saya hari ini saya akan share artikel tentang Pentas mengajar.


Pentas adalah suatu tempat untuk tampil di hadapan orang banyak. Ruang di depan kelas merupakan sebuah pentas untuk tampil mengajar bagi seorang guru.
a.       Mencocokan modalitas
Dalam menyerap informasi dari luar, otak kita menggunakan tiga macam ‘lorong’ yang dikenal dengan istilah modalitas. Modalitas adalah berbagai cara untuk mengungkapkan pikiran atau kehendak.  Ada tiga macam modalitas, yaitu: visual, auditorial dan kinestetis.
Contoh skenario : Ibu Ani berkata “Ayo, kita buka buku Pelajaran IPA, halaman 19”. Sambil mengucapkan kata-kata ini, Ibu Ani juga membuka-buka buku pelajaran IPA yang dimaksudkan. Sementara itu, dikelas sebelah, Pak Aldhy sambil menghapus papan tulis menyuruh para siswa, “Anak-anak, buka buku IPA halaman 19!” katanya, tanpa menoleh ke belakang. Dari kedua skenario tersebut, skenario Ibu Ani lebih bersesuaian antara ucapan dan tindakan. Menggunakan modalitas yang cocok akan memperkuat penerimaan siswa. Selain untuk guru sendiri, perlu juga dilakukan pencocokan dengan siswa.
Contoh skenario:
·           Jika guru berhadapan dengan siswa visual: “Nah, Elsa, coba kamu perhatikan dengan cermat gambar halaman 21 itu.  Tentu kamu akan menemukan jawabannya”
·           Jika guru berhadapan dengan siswa auditorial: “Coba Vico, dengarkan desiran bunyi lembut motor itu. Tentu kamu akan menemukan jawabannya”
·           Jika berhadapan dengan siswa kinestetis: “Edy, halo Edy” sambil melambaikan telapak tangan. “Kemarilah. Coba, kamu sambungkan kabel ini ke stop kontak yang ada di dinding sebelah kiri. Kemudian rasakan getarannya. Tentu kamu akan memperoleh jawabannya”

b.      Berkomunikasi dengan baik
Komunikasi adalah bentuk hubungan antara guru dan siswa dalam saling menyampaikan pesan. Komunikasi kurang baik akan menimbulkan masalah. Karena itu, dikelas kita perlu merancang skenario komunikasi yang baik. Dimulai dengan memunculkan kesan (yang positif), diikuti dengan menfokuskan perhatian, mengajak melakukan sesuatu dan diakhiri dengan menunjukkan sasaran yang tepat.
·           Skenario A
“Anak-anak selamat pagi!. Hari ini kita akan mempelajari arus listrik bolak-balik. Bahan ini sangat sukar, terutama bagi kalian yang masih di SD. Karena itu, perhatikan baik-baik. Perhatikan halaman 35!Lihat gambar skema aliran listrik dari PLN ke rumah kita. Simak urutan tanda-tanda anak panah.Bagaimana arah aliran listrik itu?
          (Baca Juga artikel tentang sepuluh syarat mengajar yang baik).
·           Skenario B
“Anak-anak, selamat pagi. Sudah siap belajar IPA? Hari ini kita sampai ke bagian yang cukup menantang. Banyak orang mengatakan bahwa bagian ini merupakan bagian yang sulit. Tetapi,tetapi.............Bapak yakin engkau semua akan mengeluarkan jurus-jurus pamungkas untuk menghadapinya. Ayo kita buka halaman 35. Sudah semua? Baik, mari kita cermati bersama-sama, terutama pada gambar skema aliran arus listrik dari PLN ke rumah dan sebaliknya. Di situ ada beberapa anak panah yang menunjukkan aliran arus listrik. Nah jawablah pertanyaan Bapak! Darimana dan kemana arus listrik itu mengalir? Tentu, engkau tidak boleh menjawab berdasarkan informasi diluar gambar ini!.”
Menurut anda, skenario mana yang mencerminkan komunikasi yang lebih baik? Skenario B yang lebih baik bukan?
Selain komunikasi verbal, komunikasi non verbal juga sangat membantu penerimaan siswa. Kontak mata jangan lebih dari tiga detik. Ekspresi wajah, tarikan alis,gerak bola mata, anggukan kepala, sunggingan senyum, setara dengan ribuan kata. Nada suara juga sangat berpengaruh dalam komunikasi. Nada suara dapat mengirim pesan keraguan atau kepastian. Gerak tangan dapat menggaris bawahi pesan yang anda kirimkan. Cermati skenario berikut ini:
“Guru Mahmud, memasuki kelas dengan bergegas. Gara-gara ban motornya meletus, ia terlambat sekitar 30 menit. Sambil membungkuk dan mengeluarkan buku IPA dari tasnya, dengan nada yang datar ia menyapa: “anak-anak, selamat pagi! Kita sudah terlambat 30 menit.” Ia berdiri, mengahdap kelas sebentar, kemudian berjalan ke tengah meninggalkan meja guru,buku IPA dipegangi tanpa dibuka. Setelah berada di depan papan tulis, ia kembali menghadap para siswa. Satu-satu dipandangi beberapa saat. Setelah semua siswa ‘disapu’dengan tatapan mata,ia bergerak menuju tepi papan tulis.
Dengan tangan kiri memegani buku IPA, ia mulai menggambar pesawat terbang. Ia sungguh pandai menggambar. Goresan demi goresan dibuat. Dan sebentar saja gambar pesawat telah diselesaikan. Sebuah pesawat tempur. Hari ini akan mempelajari pesawat terbang. “Perhatikan gambar ini! Sebuah pesawat tempur. Hari ini kita akan membahas tentang mengapa sebuah pesawat yang berat ini bisa terbang.
Ibu ita berjalan cepat menuju kelas. Pagi itu ia terlambat. Dengan masih menenteng tasnya, ia berdiri di depan kelas dan menyapa para siswa:”Selamat pagi anak-anak”. Sambil tersenyum ramah ia melanjutkan:”Maaf hari ini ibu terlambat lagi. Bus yang biasa ibu tumpangi tidak beroprasi karena sedang menjalani servis rutin.“Tatapan matanya sekilas menyapu seluruh wajah di kelas itu sambil tersenyum.
Sesudah itu,ia menuju meja guru. Ia membuka tas.Mengeluarkan buku IPA dan berkata:”anak-anak, ayo,kita buka halaman 90. Sudah terbuka semua?. Nah,di halaman itu terdapat gambar pesawat tempur. Hari ini kita akan mempelajari cara pesawat dapat terbang...”. Tangan kanan diangkat didepan wajahnya, telapak tangan dikembangkan mirip sebuah pesawat dan digerakkan meniru gerak sebuah pesawat yang sedang menanjak terbang.

c.       Mengajak untuk menemukan
Jika guru ingin membangkitkan rasa ingin tahu, cobalah model skenario ini.
Berdirilah dengan ringan, condongkan badan agak ke depan,bergeraklah menyamping di depan kelas. Anda terkesan bersemangat.gunakanlah kata,’mari kita’, ‘ayo kita’, kata ‘kita’ digunakan untuk semua diikuti ajakan untuk melakukan sesuatu.
“Mari kita dengarkan penjelasan kawanmu ini ada sesuatu yang bagus” (secara auditorial).
“Ayo kita geserkan agak ke kiri agar diperoleh bayangan yang jelas. Tampaknya kita akan menemukan jawabannya”. (secara kinestetis).
“Lihatlah dibagian ini, gambar ini meperlihatkan sebuah kondensator yang terbakar, rasanya kita masih bisa dapat membaca garis-garisnya” (secara visual).

d.      Mengarahkan untuk melakukan sesuatu
Jika anda akan mengarahkan siswa melakukan sesuatu tugas tertentu, cobalah model berikut:
Berdiri tegak di depan kelas, bahu rata, ucapkan dengan suara lantang tetapi wajah tetap menyenagkan. Tugas dirinci secara jelas: kapan tugas itu dikerjakan, siapa yang mengerjakan, periksa apakah ‘perintah’ itu sudah jelas diterima, ajakan untuk bertindak.
Jika ingin menjelaskan, anda dapat mencoba cara ini.
Berdiri tegak di depan kelas. Mata menatap setiap siswa. Kaki terpisah selebar bahu. Nada suara rendah dengan irama lambat tetapi jelas.       
“Anak-anak, kita telah mempelajari bagian yang agak rumit, yaitu bagaimana cara mengukur suhu pada pusat titik api lensa. Kini, bapak akan menjelaskan mengapa cara tersebut boleh dilakukan”.

1.      Hidup di atas garis
Kita selalu dalam dua pilihan yang tidak dapat dikompromikan. Dalam Quantum Learning disebutkan guru ingin di bawah garis atau diatas garis. Hidup di bawah garis berarti tidak terlihat. Sebaliknya hidup di atas garis akan terlihat, akan nampak,karena lebih dari yang lain. Di kelas pun, dimata siswa, anda sebagai seorang guru tidak serta merta terlihat berada diatas garis.
Simaklah kalimat berikut ini.
“Setelah anak-anak pulang,kemarin, ibu dipanggil mendadak Bapak Kepala Sekolah untuk membantu membereskan kantornya yang sebenarnya bisa dikerjakan lain waktu. Karena itu, Ibu tidak memeriksa pekerjaanmu, sudah capai. Apa lagi belum mendesakkan?!”
Bandingkan dengan skenario ini.
“Setelah anak-anak pulang, kemarin,Ibu dipanggil Bapak Kepala Sekolah untuk melakukan suatu pekerjaan. Setelah itu, Ibu mencoba memeriksa pekerjaanmu, sepuluh lembar telah ibu selesaikan. Hari ini akan ibu lanjutkan. Besok pagi bisa engkau ambil, sekitar pukul 10.00, ya!”.
Menurut Bobby Deporter beberapa sifat yang dimiliki oleh seseorang yang hidup diatas garis, misalnya: bertanggung jawab, pilihan, solusi, kebebasan dan kemauan. Dan sebaliknya, orang yang hidup dibawah garis: menyalahkan, menyerah, membenarkan, dan mengingkari. Di kelas, siswa bisa melihat itu semua, apakah anda seorang guru yang bertanggung jawab, menghargai pilihan-pilihan, berpikir tentang solusi, serta memiliki kemampuan. Atau sebaliknya, anda sebagai guru yang lebih sering menyalahkan (orang lain), mudah menyerah, senang membenarkan omongan orang,senang berdalih atau bahkan ingkar janji. Guru sendiri harus memilih.
2.      Menangani Konflik
Banyak siswa mengalami miskonsepsi karena apa yang kita sampaikan kurang jelas dan kurang konsisten.
      Contoh skenario:
Pada suatu hari, guru sekolah dasar mengajukan pertanyaan pada seorang siswa sebelumpelajaran IPA. Pertanyaan guru tersebut adalah :
      Manakah yang benar, bumi mengelilingi matahari atau matahari mengelilingi bumi?
      Siswa tersebut dengan tegas menjawab : matahari mengelilingi bumi. Setiap hari aku
      melihat matahari terbit dari timur dan terbenam di sebelah barat. Jadi matahari terus bergerak mengelilingi bumi dan bumi yang kita tempati diam saja.
      Menurut teori ilmiah bumi tidak diam tetapi bergerak mengelilingi matahari. Teori ini dikenal dengan Teori Heliosentris.
Berdasarkan contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa sebelum mengikuti pembelajaran di kelas, siswa memiliki konsep awal tentang IPA. Sebelum mengikuti pembelajaran secara formal di sekolah, siswa ternyata sudah membawa konsep tertentu yang mereka kembangkan lewat pengalaman hidup mereka sebelumnya. Konsep yang dibawa siswa dapat sesuai dengan konsep ilmiah tetapi juga dapat tidak sesuai dengan konsep ilmiah, seperti contoh siswa sekolah dasar di atas. Konsep awal yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi. Konsep awal atau konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah biasa disebut miskonsepsi.
 Menurut Bobby DePorter terdapat beberapa tips untuk membuat sesuatu menjadi tampak dan konsisten:
    1.      Mengamati (obsver) lebih dahulu
    2.      Mengolah dengan pikiran (think)
   3.    Ketika mengungkapkan tanggapan, masukkan apa yang anda rasakan ( feel) dan juga yang anda inginkan (desire)/OTFD-Open The Front Door.
      Contoh skenario :
      “Waktu Bapak membaca memeriksa pekerjaanmu(amati), bapak melihat beberapa simbol yang kau tuliskan berbeda dari kebiasaan, misalnya V untuk kecepatan padahal sebenarnya itu sebgai simbol volume, demikian juga A untuk percepatan, yang semestinya dituliskan a. Saya pikir(pikiran) kau seharusnya menuliskannya dengan konsisten lambang-lambang itu. Secara keseluruhan bapak merasa puas (rasakan) dengan pekerjaanmu ini. Namun bapak masih ingin (inginkan) engkau lebih teliti lagi, teruitama dalam menuliskan lambang-lambang dalam IPA”
Bobby DePorter juga mengusulkan skenario “apologi empat bagian” skenario ini dapat meningkatkan integritas guru, terutama jika guru melakukan kesalahan.
      Mengakui kesalahan bukan hal yang mudah terlebih dengan siswa sendiri.  Tetapi sebagai konsekuensi, sebagai seorang guru harus mampu bertanggung jawab, karena hanya dengan berani bertanggung jawab integritas guru tidak akan luntur.
      Skenario “Apologi empat bagian, berupa;
      1. Mengakui kesalahan yang anda lakukan (Acknowledge)
      2. Meminta maaf atas kesalahan tersebut (Apologize)
      3. Menerima konsekuensi sebagai akibat dari kesalahan itu ( Make it right)
    4. Berjanji akan berbuat “benar” yang dapat memperbaiki hubungan (Recommit)-AAMR-All About My Relationship.
      Contoh skenario AAMR :
      ”Sesungguhnya, saya harus memeriksa pekerjaanmu ini, hari ini. Namun belum selesai (Acknowledge). Karena itu ibu minta maaf (Apologize). Saya akan memeriksanya nanti malam (Make it right). Besuk pagi dapat engkau ambil, dikantor pukul 12.00 (Recommit)
Banyak orang berfikir, mengakui kesalahan merupakan sesuatu yang dianggap  merendahkan harga diri, karena itu tidak banyak orang bersedia meminta maaf atas kesalahan yang telah dibuat, bahkan ada yang takut kehilangan muka didepan orang lain. Tetapi dengan skenario “apologi empat bagian” orang terdorong melakukan permintaan maaf, dan dapat mengembalikan integritas guru. Akhirnya yang dapat dilakukan kepada siswa yaitu keyakinan bahwa guru berpihak padanya, bahwa guru ingin mereka sukses dan bahwa bersama aguru mereka dapat belajar.
      Inti dari pembelajaran IPA yang menyenangkan :
   1.      Dilihat dari raut wajah yang cerah para siswa setelah mengikuti pelajaran IPA.
   2.      Siswa merasa puas karena pikiran/pendapatnya dihargai.
  3.      Siswa dapat menangkap penjelasan guru dengan kata-kata, dengan melihat gambar, serta melakukan aktivitas IPA.
  4.      Siswa merasa nyaman dan aman karena mereka tahu apa yang harus dikerjakan sesuai dengan aturan main yang berlaku.
  5.      Siswa akan sangat senang karena mereka tahu bahwa guru melakukan pekerjaannya dengan jiwa dan hati. 
   Sekian Artikel tentang pentas mengajar, nantikan artikel pendidikan yang akan saya share selanjutnya...

0 Response to "Pentas Mengajar disertai implementasinya"

Post a Comment

pblogeducation. Powered by Blogger.